konsuljiwa, solusi masalah psikologi kamu

Categories
Kesehatan Mental Pengembangan Diri

Terjebak dalam Circle yang Toxic Environment?

Pernah merasa diri kamu sulit untuk maju saat ini? Padalah sudah berusaha sungguh- sungguh, mengupayakan berbagai cara yang bisa kamu lakukan sesuai norma dan moral agama, belum lagi ditambah berdoa pastinya. Tapi rasanya masih saja ada kendala? Pada akhirnya kamu menyerah dan merasa bahwa semua ini adalah goresan nasib.

Hm…. bisa jadi kesalahan bukan pada diri kamu, buka pula soal nasib. Melainkan circle di sekitarmu yang tidak mendukung untuk maju dan berkembang. Circle pergaulan dan interaksi sehari-hari dengan orang yang seperti ini dapat menurunkan kemampuanmu untuk melihat potensi serta mengembangkan talenta yang kamu miliki. Kamu mungkin saja tidak menyadarinya karena sebagian besar mereka mengamini sikap dan pola pikir yang stuck di tempat semacam itu. Ketika kamu berada pada circle semacam ini kemungkinan besar apa yang menjadi value pemikiranmu dianggap anomali oleh mereka. Mindset yang berorientasi pada pengembangan pribadi akan dinilai sebagai sesuatu yang ingin menonjolkan diri, lebay dan kamu jadi rentan menjadi objek komentar nyinyir bin julid dari mereka.  Inilah cikal bakal toxic environment  yang perlu kamu hindari atau evaluasi ulang agar kamu bisa menghadapi situasi tanpa kehilangan produktivitas dan kontrol terhadap diri sendiri.  Kira – kira circle seperti apa yang bisa memberikan pengaruh kontra produktif terhadap pengembangan diri kamu ?

  1. Circle dengan Mentalitas Feodal

Circle semacam ini sangat menjunjung tinggi penghormatan kepada figur otoritas. Hubungan dan komunikasi yang terjalin adalah penghormatan, komando, patuh secara mutlak dan minim ruang untuk pertanyaan kritis. Beberapa circle dapat memperlihatkan otoritarisme dalam interaksi dan komunikasinya. Sikap takzim yang diperlihatkan bukan karena sosok tersebut memiliki kepribadian (akhlak dan adab) yang pasti bagus untuk diteladani, namun lebih kepada penghormatan semu dikarenakan jabatan, kekuasaan atau posisi orang tersebut dalam circle. Interaksi dalam circle dengan mentalitas feodal akan membuatmu sulit untuk menyampaikan pendapat, masukan bahkan kritik. Sikap yang cenderung disukai dan diterima adalah sikap yang suka memberi pujian, taat dan patuh serta mengikuti semua arahan secara mutlak. Dalam circle yang seperti ini mungkin kamu akan lebih diperhitungkan apabila memiliki koneksi, priviledge atau pintar memanfaatkan situasi dengan cara mendekatkan diri pada figur otoritas tersebut.

  1. Circle dengan Mentalitas Materialistis

Bila kamu berada pada circle pertemanan atau pekerjaan yang mengutamakan validasi materialistis, kamu akan lelah untuk memenuhi standar yang ditetapkan secara tidak tertulis itu. Kamu akan sibuk untuk memenuhi penampilanmu dengan barang branded, gonta ganti model terbaru dan mengukur seberapa mahal harga sebuah barang yang kamu beli atau miliki agar kamu tetap diterima dalam circle tersebut. Kebutuhan akan penerimaan semacam ini yang justru menghambat kamu untuk lebih fokus pada diri sendiri serta hal yang kamu anggap penting. Kamu hanya akan disibukkan dengan penilaian orang lain, validasi serta kecemasan ditolak oleh lingkungan sekitarmu. Hal ini membuatmu tidak lagi memiliki energi untuk mengembangkan diri sesuai keinginanmu.

 

Bagaimana? Apakah diantara kedua circle tersebut sesuai dengan keadaan kamu saat ini? Bila iya, maka ada baiknya mulai mempertimbangkan untuk menghindar atau memberi jarak dari circle itu. Karena ternyata ini bukan soal nasib melainkan kamu berada di lingkungan yang salah untuk mendukungmu berkembang dan bersinar.

Categories
Kesehatan Mental

Kamu Bukan Pecundang yang Gagal

Impian kamu untuk sukses seringkali tidak berjalan mulus seperti harapan. Ada berbagai tantangan yang harus kamu hadapi dan selesaikan sebelum kamu benar – benar berhasil meraih seluruh impianmu.

Saat menghadapi tantangan, adakalanya kamu merasa goyah dan tidak mampu bertahan. Benar – benar uji kesabaran dan ketangguhan. Banyak yang kemudian menyerah tapi tidak sedikit yang terus melangkah. Memang, impian besar membutuhkan energi besar dan kebulatan tekad yang juga besar.

Sering kita dengar kata bijak dari orang lain agar mencoba Mundur Selangkah untuk Maju 2 langkah. Tentunya kamu pernah juga mendengarnya dan barangkali telah melakukannya?

Kecenderungan kita manusia adalah melihat hal – hal yang dipersepsikan lebih baik dari apa yang kita miliki. Rumah lebih besar, mobil lebih baru, lebih cantik, lebih pintar, lebih kaya, lebih terkenal, lebih berkuasa, lebih berprestasi dan seterusnya. Sehingga pada akhirnya, timbul perasaan minder dalam diri. Merasa tidak lebih hebat, tidak lebih kaya, tidak lebih berprestasi, tidak lebih berkuasa, intinya muncul insecure. Apalagi bila hal yang kita lihat ini berada di dalam circle pergaulan kita, misalnya pada saudara atau teman-teman kita. Hhmm….makin insecure. Gimana? berasa relate?

Yah, kamu memang tidak sendirian. Ada banyak orang diluar sana yang memiliki perasaan sama saat sedang berada di titik terendah kehidupannya. Saat dimana impian dan harapan belum tercapai. Saat justru banyak sekali kondisi dan situasi yang bertolak belakang dari rencana awal.
Sebetulnya, kamu tidaklah gagal. Kamu bukan pecundang atau sudah menjadi nasibmu tidak berhasil. Tetapi justru kamu sedang diberikan keberhasilan di bidang lain. Kamu tanpa sadar diminta oleh Yang Maha Kuasa untuk menyelesaikan tugas lain terlebih dulu sebelum kembali pada jalur impianmu. Tugas yang terkesan tidak ada hubunganya ini justru akan semakin menambah kekuatan dan kapasitas diri kamu.

Kadang, memang diperlukan mundur selangkah untuk melihat segala sesuatunya menjadi lebih jelas. Ketika permasalahan begitu bertumpuk, maka mundur selangkah bukan berarti kegagalan. Justru, sebuah ancang-ancang untuk berlari lebih kencang. Jadi bukan berarti kamu adalah pecundang yang gagal.

Maka itu, nikmati dan syukuri apapun pencapaian kamu sekecil apapun itu. Kamu mungkin saja butuh bantuan untuk menemukan pola dan strategi dalam menghadapi masalahmu. Bisa jadi kamu belum mampu melihat segalanya sebagai sebuah jalan baru kesuksesan. Tidak mengapa, kamu bisa menghubungi profesional seperti Psikolog Konsuljiwa.com untuk membantumu menemukan alur dan langkah menuju masa depan yang lebih sukses berjaya. Kami siap membantumu untuk melakukan pendampingan menuju pilihan terbaik hidupmu.

Categories
Kesehatan Mental

Mengenal Psikosomatis

Mungkin diantara kalian sering mendengar istilah Psikosomatis?

Psikosomatis adalah suatu keadaan dysfungsi (gangguan) fisik yang dirasakan gejalanya oleh pasien tanpa adanya penyebab pasti yang jelas (infeksi, luka dll) dan disebabkan oleh adanya pengaruh dari tekanan kondisi psikologis seseorang. Bisa jadi kalian pernah mengalaminya juga, karena kondisi ini bisa dirasakan oleh siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Beberapa penyakit fisik yang bisa jadi akibat adanya pengaruh stress psikologis diantaranya adalah : lambung, migrain, eksim, jantung dan pembuluh darah, saluran pernapasan, nyeri otot dan sendi, darah tinggi dll.

Jadi, mengapa bisa terjadi hubungan antara penyakit fisik dengan adanya tekanan kondisi psikologis?

Pada saat kita mengalami tekanan emosi negatif tertentu (marah, sedih, takut, dendam dll) maka reaksi otak memerintahkan perubahan dalam tubuh kita yaitu kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stress yakni adrenalin dan hormon kortisol sebagai respon alamiah tubuh saat mempersiapkan diri ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan atau bahaya. Lonjakan adrenalin biasanya dipicu oleh sesuatu yang diterjemahkan oleh otak sebagai ancaman berdasarkan lingkungan sekitar, contohnya saat naik roller coaster, hampir ditabrak mobil. Sementara itu hormon kortisol meningkat saat otak menterjemahkan adanya emosi negatif yang diterima meskipun kita berada dalam situasi normal, contohnya mendapatkan hinaan dari seseorang yang membuat kita marah dan tersinggung.

Hormon kortisol inilah yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh. Dengan melepaskan hormon stress (kortisol) lebih banyak sehingga membuat kekebalan tubuh berkurang serta terjadi perubahan pada metabolisme tubuh. Hal ini yang kemudian dapat menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit tertentu.

Apabila emosi yang dirasakan begitu kuat, maka hormon kortisol yang dihasilkan semakin banyak untuk membantu meredakan stress dan mengakibatkan peningkatan kinerja beberapa organ tubuh lainnya sehingga menimbulkan resiko negatif bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Jadi, bila kalian mengalami suatu penyakit namun setelah diperiksakan ke dokter ternyata penyebabnya tidak ditemukan secara signifikan. Kemungkinan yang kalian alami adalah suatu gangguan psikosomatis.

Untuk mendapatkan gambaran kondisimu lebih lanjut, konsultasikan saja ke Psikolog konsuljiwa.com